Powered By Blogger

Rabu, 23 Desember 2009

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN REMAJA AWAL

BAB I
PENDAHUUAN
Masa remaja adalah masa yang tidak mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak termasuk pada golongan anak, tetapi ia tidak termasuk pada golongan dewasa. Remaja ada diantara masa anak-anak dan masa dewasa sehingga masa ini sering pula disebut pula dengan masa peralihan pada proses perkembangan dan pematangan pribadi secara individu dan sosial. Banyak perubahan yang terjadi secara signifikan secara fisik dan psikis sehingga berimplikasi pada proses perkembangan psikososial anak.
Masa remaja di mulai sejak usia 12 tahun untuk laki-laki, sedangkan untuk remaja wanita beberapa saat lebih awal, dan masa ini disebut dengan masa remaja awal. Pada usia ini terjadi peningkatan hormon kelamin (gonadotrop) yaitu hormon testoteron pada anak laki-laki dan hormon oestrogen pada anak perempuan. Peningkatan hormon ini mempengaruhi terjadinya menarche (permulaan haid) dan ejakulasi (“mimpi basah”) yang kemudian disebut dengan masa pubertas.
Selain itu hormon gonadotrop juga mempengaruhi terjadinya percepatan pertumbuhan fisik pada anak.Pertumbuhan anggota-anggota badan lebih cepat dari pada badannya, sehingga sementara waktu remaja mempunyai proporsi tubuh yang tidak seimbang. Tangan dan kakinya lebih panjang dalam perbandingan dengan badannya. Begitu pula remaja perempuan terjadi penambahan jaringan lemak pada bagian lengan atas, paha, pantat dan dada. Selain itu perubahan lain juga menandai masa pubertas adalah, suara berubah menjadi besar, tumbuh kumis dan janggut pada anak laki-laki.
Pertumbuhan fisik yang cepat dan perkembangan seksual pada remaja awal menyebabkan tanggapan masyarakat yang berbeda dari sebelumnya. Lingkungan mengharapkan mereka mampu melaksanakan tanggung jawab sebagai orang dewasa, namun karena pertumbuhan fisik yang cepat tidak diikuti oleh kematangan psikis sering mengakibatkan ramaja merasa tidak mampu memenuhi tuntutan dan menyebabkan berbagai frustasi. Perubahan yang sangat signifikan ini seringkali menyebabkan kebingunan, ketakutan dan frustasi pada pada remaja, sehingga peran orang dewasa (orang tua atau guru) untuk memberikan bimbingan dan pengertian dengan bijak akan sangat membantu untuk mengatasi kebingungan, ketakutan dan frustasi yang disebabkan oleh perubahan tersebut.



















BAB II
ISI
A. Pertumbuhan Dan Perkembangan fisik ( Jasmani ) Remaja Awal.
Secara umum, terjadi pertumbuhan dan perkembangan pisik yang sangat pesat dalam masa remaja awal ( 12/13 – 17/18 tahun ). Menurut Dr. Zakiah Daradjat, bahwa di antara hal yang kurang menyenangkan remaja, adalah adanya beberapa bagian tubuh yang cepat pertumbuhannya, sehingga mendahului bagian yang lain seperti kaki, tangan dan hidung yang mengakibatkan cemasnya remaja melihat wajah dan tubuhnya yang kurang bagus. Hal lain yang dikhawatirkan adalah bentuk badan yang terlalu gemuk, kurus, pendek, tinggi (Jangkung). Wajah yang kurang tampan atau cantik, ada jerawatnya dan sebagainya.

Ada beberapa poin dalam pertumbuhan dan perkembangan remaja awal diantaranya :
1. Pertumbuhan Kelenjar-kelenjar Seks dan Perkembangan Seksual Remaja Awal.
Pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks (Gonads) remaja, sesungguhnya merupakan bagian integral dari pertumbuhan dan perkembangan jasmani secara menyeluruh lebih jauh lagi, bahwa kematangan seksual dalam usia remaja awal dan parohan pertama remaja akhir mempunyai korelasi positif dengan perkembangan sosial mereka. Hal semacam ini ditunjukkan oleh hasil penelitian James dan Moore terhadap remaja yang berusia antara 12 – 21 tahun dengan jumlah sampel 535 orang. Perkembangan perilaku seksual yang lebih bersangkutan dengan diri remaja, diantaranya yang sangat menonjol dan penting adalah onani atau masturbasi. Hal-hal seperti tentang seks ini tentu saja berpengaruh terhadap minat mereka pada sekolah atau pelajaran.

2. Pertumbuhan Otak dan Perkembangan Kemampuan Remaja Awal
Pertumbuhan otak anak wanita mengikat lebih cepat dalam usia 11 tahun dibandingkan pertumbuhan otak pria, tetapi pertumbuhan otak anak pria di usia 13 tahun meningkat 2 kali lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan pertumbuhan anak wanita seusia.
Selain itu terdapat pula bukti-bukti hasil penelitian yang menyimpulkan hal yang menyangkut pola dan cara berpikir remaja cenderung mengikuti orang-orang dewasa yang telah menunjukkan kemampuan berpikirnya. Ini mengisyaratkan adanya sisi positif dari perkembangan kemampuan psikis remaja awal. Sisi positif pertumbuhan otak dan perkembangan kemampuan pikir remaja, memanglah berimplikasi terhadap praktek-praktek pendidikan di sekolah

3. Perkembangan pribadi, sosial dan Moral remaja awal
Pribadi diartikan sebagai organisme yang dinamis dalam sistem pisik dan pisikis yang menentukan keunikan sesorang menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Remaja dengan citra dirinya, menilai diri sendiri dan menilai lingkungannya terutama lingkungan sosial misalnya remaja menyadari adanya sifat-sifat sikap sendiri yang baik dan buruk. Moral adalah sebagai standar yang muncul dari agama dan lingkungan sosial remaja, memberikan konsep yang baik dan buruk, patut dan tidak, layak dan tidak layak secara mutlak


B. Persoalan yang terjadi pada remaja awal seiring dengan perubahan fisik yang telah ia capai.

a. Permasalahan mandiri dan krisis identitas
Permasalah ini sesungguhnya terjadi disepanjang usia remaja, Erikson menyebut hal ini dengan proses mencari identitas ego atau biasa disebut “Krisis Identitas”. Pada awal masa ini terjadi pergesaran dari orang tua menuju teman sebaya. Kematangan fisik mendorong untuk mampu mandiri dan meninggalkan dominasi orang tua. Namun secara psikis remaja masih sangat tergantung dengan orang tua terutama dalam mengambil keputusan, juga secara ekonomi mereka masih belum bisa mencari nafkah sendiri dan harus bergantung pada orang tua, maka remaja tidak mampu untuk mandiri seutuhnya.
Kemandirian secara fisik memacu remaja untuk beraktifitas dan menggunakan seluruh potensi fisik dan seksual mereka dan bebas dari segala nilai. Namun ada batasan-batasan (norma/adat/hukum agama dan pemerintah) yang tidak bisa mereka lewati dalam menggunakan potensi fisik dan seksual, dan banyak dari batasan-batasan tersebut yang tidak bisa mereka fahami dan dianggap sebagai pembatas yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Hal ini menimbulkan rasa termarginalkan dari orang dewasa dan terdorong untuk mencari teman sebaya yang dianggap senasib dengan mereka untuk saling membantu dan menerima identitas keremajaan mereka. Mereka merasa bahwa dengan teman sebaya mereka mendapatkan penghargaan yang lebih dibandingkan penghargaan orang dewasa atau orang tua terhadap mereka. Maka peran teman sebaya menjadi peran yang sangat penting dan sangat berpengaruh bagi perkembangan menuju kedewasaan psikologis seorang remaja.

b. Konformitas kelompok remaja
Persoalan remaja yang bergerak menuju teman sebaya dipandang sebagai upaya penemuan identitas/jati diri mereka dan sebagai pernyataan emansipasi sosial mereka; yaitu cenderung membentuk suatu kelompok dalam bidang tertentu. Pada pihak lain kelompok remaja akan menambah kohesifitas antar anggota kelompok seiring dengan frekuensi pertemuan mereka.
Dalam berkelompok remaja cenderung memiliki kohesifitas yang tinggi dan dalam keadaan seperti ini akan berkembang iklim penciptaan norma-norma kelompok yang mereka buat sendiri yang sesuai dengan keinginan mereka. Apabila norma-norma yang terbentuk dalam kelompok tidak bertentangan dengan norma yang telah terbentuk dalam keluarga sebelumnya, maka hal ini tidak menjadi masalah. Namun bila norma kelompok bertentangan dengan norma keluarga, maka hal ini yang akan menjadi masalah. Sebab dalam kelompok yang mempunyai kohesifitas yang tinggi tidak akan memberikan toleransi pada salah satu anggota kelompok yang mempunyai pandangan yang berbeda. Hal ini akan menyebabkan terhambatnya pengembangan identitas pribadi yang lebih lanjut. Suatu kelompok remaja seharusnya mampu untuk mengarahkan individu pada pengembagan diri, justru menjadi penghambat bagi pengembagan emansipasi individu.
Salah satu ciri lain dari kelompok remaja awal adalah kelompok ini masih tunduk pada kelompok yang lebih berkuasa, seperti lembaga pendidikan, pemerintahan. Dalam hal ini peran sekolah sebagai lembaga pendidikan dan pemerintah diharapkan mampu memberi perhatian pada kelompok remaja dan membantu mereka untuk mampu membentuk norma kelompok yang selaras dengan agama dan hukum formal.
Dua jenis permasalahan yang telah dibahas dengan singkat diatas bisa kita jadikan sebagai acuan dalam upaya memahami permasalahan remaja yang timbul. Banyak anak permasalahan yang muncul dari 2 jenis permasalahan diatas yaitu; kemandirian dan krisis identitas, konformitas kelompok remaja, diantaranya, intensitas dalam berteman meningkat, suka meniru gaya teman, terlalu percaya diri dan emosi yang tak terkontrol dan masih banyak permasalahan lainnya.
Perkembangan remaja selayaknya menjadi tanggung jawab bersama; orang tua, lembaga pendidikan, lingkungan dan pemerintah. Dalam Bryn (1985) Donald Winnicott menyebutkan berbagai upaya dalam membantu perkembangan anak remaja kita, sebagai berikut:
a. Memenuhi kebutuhan jasmani
b. Memberikan ikatan dan hubungan emosi
c. Memberi suatu landasan yang kokoh (lingkungan rumah dan hubungan keluarga yang asri)
d. Membimbing mengendalikan perilaku
e. Mengajarkan cara berkomunikasi
f. Memberikan berbagai pengalaman hidup yang normal
g. Membantu anak menjadi bagian anggota keluarga, dan
h. Memberikan role model (suri tauladan) pada anak.

Selain orang tua, lingkungan sekolah harus mampu memberikan fasilitas, media, wadah kegiatan yang positif serta bimbingan sosial yang akan sangat membantu remaja menemukan identitas yang baik dan mampu mempertahankannya. Begitu pula pemerintah seyogyanya mendukung berbagai kegiatan remaja dan mengarahkan kearah yang positif serta menjadikan remaja sebagai bagian dari warga negara yang butuh dipenuhi hak sebagai warga negara serta penghargaan yang baik terhadap prestasi remaja.

C. Perkembangan Sosial Pada Masa Anak-Anak Akhir Dan Remaja

a. Makna perkembangan sosial
Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bersosialisasi (sozialed), memerlukan tiga proses. Dimana masing-masing proses tersebut terpisah dan sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu. Menurut Hurlock (1996) tiga proses dalam perkembabangan sosial adalah sbb:
1. Berprilaku dapat diterima secara sosial
Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang prilaku yang dapat diterima. Untuk dapat bersosialisasi, seseorang tidak hanya harus mengetahui prilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan prilakunya sehingga ia bisa diterima sebagain dari masyarakat atau lingkungan sosial tersebut.

2. Memainkan peran di lingkungan sosialnya
Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan setiap anggota dituntut untuk dapat memenuhi tuntutan yang diberikan kelompoknya.



3. Memiliki Sikap yang positif terhadap kelompok Sosialnya
Untuk dapat bersosialisasi dengan baik, seseorang harus menyukai orang yang menjadi kelompok dan aktifitas sosialnya. Jika seseorang disenangi berarti, ia berhasil dalam penyesuaian sosial dan diterima sebagai anggota kelompok sosial tempat mereka menggabungkan diri.

b. Esensi sosialisasi pada anak
Sikap anak-anak terhadap orang lain dalam bergaul sebagian besar akan sangat tergantung pada pengalaman belajarnya selama tahun-tahun awal kehidupan, yang merupakan masa pembentukan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Maka ada empat faktor yang mempengaruhinya :
Pertama, kesempatan yang penuh untuk bersosialisasi adalah penting bagi anak-anak, karena ia tidak dapat belajar hidup bersosialisasi jika kesempatan tidak dioptimalkan. Tahun demi tahun mereka semakin membutuhkan ksempatan untuk bergaul dengan banyak orang, jadi tidak hanya dengan anak yang umur dan tingkat perkembangannya sama, tetapi juga dengan orang dewasa yang umur dan lingkungannya yang berbeda.
Kedua, dalam keadaan bersama, anak tidak hanya harus mampu berkomunikasi dalam kata-kata yang dapat dimengerti orang lain, tetapi juga harus mampu berbicara tentang topik yang dapat dipahami dan dapat menceritakannya secara menarik kepada orang lain. Perkembangan bicara merupakan hal yang terpenting bagi perkembangan sosialisasi anak.
Ketiga, anak akan belajar bersosialisasi jika mereka mempunyai motivasi untuk melakukannya. Motivasi ini sangat bergantung pada tingkat kepuasaan yang diberikan kelompok sosialnya kepada anak. Jika mereka memperoleh kesenangan melalui hubungan dengan orang lain, mereka akan mengulangi hubungan tersebut.
Keempat, metode belajar yang efektif dengan bimbingan yang tepat adalah penting. Dengan metode coba ralat, anak akan mempelajari beberapa perilaku yang penting bagi perilaku sosialnya.

c. Masa kanak-kanak akhir
Akhir masa anak-anak (Late childhood) berlangsung pada usia 6 tahun hingga tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Pada masa awal dan masa akhir anak-anak ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi perkembangan sosial anak.
Permulaan masa akhir anak-anak ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu Sekolah Dasar. Bagi sebagian besar anak, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupannya, juga bagi yang pernah mengalami situasi Pra Sekolah. Sementara untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dan harapan bagi sebagian anak terasa sulit, karena kebanyakan anak berada dalam keadaan tidak seimbang; anak mengalami gangguan emosional, sehingga sulit untuk dapat bekerja sama. Oleh karena itu, masuk kelas satu merupakan peristiwa penting yang sangat menentukan bagi perkembangan sosialnya sehingga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, prilaku dan nilai bagi anak.
Tibanya akhir masa anak-anak sulit untuk diketahui secara tepat kapan periode ini berakhir, karena kematangan seksual sebagai kriteria yang digunakan untuk memisahkan masa anak-anak dan pubertas timbulnya tidak selalu sama pada setiap anak. Salah satu penyebabnya adalah karena perbedaan kematangan seksual. Biasanya anak laki-laki mengalami masa anak-anak lebih lama dibandigkan anak perempuan. Secara umum anak perempuan masa akhir anak-anak berlangsung antara usia 6 – 13 tahun berarti rentang waktunya sekitar 7 tahun. Sedangkan bagi anak laki-laki berlangsung antara 6 – 16 tahun, berarti rentang waktu sekitar 8 tahun.

d. Perkembangan sosial akhir masa anak-anak
1. Sosialisasi dengan anggota keluarga
Ketika seseorang memasuki usia akhir masa anak-anak maka biasanya para orang tua mulai memberikam waktunya yang lebih sedikit. Menurut suatu investivigasi tentang banyaknya waktu yang digunakan orang tua bersama anak, maka waktu yang dihabiskan oleh orang tua untuk mengasuh, mengajar, berbicara dan bermain dengan anak-anak yang telah memasuki masa akhir kurang dari setengah waktu yang dihabiskan ketika anak masih lebih kecil (Hill & Stafford, 1980). Pada umumnya anak-anak pada masa akhir, lebih diarahkan dalam mengerjakan tugas-tugas sederhana secara sendiri. Misalnya pekerjaan-pekerjaan membersihkan kamar, membersihkan dapur, dll. Selain dengan adanya kegiatan-kegiatan seperti itu menyebabkan interaksi dengan orang tua menjadi berkurang.
Perubahan-perubahan pada kehidupan orang tua seperti, kedua orang tua yang bekerja, perceraian, single parent, sangat mempengaruhi hakekat interaksi orang tua dengan anak pada masa akhir anak-anak. Ketika tuntutan pengasuhan mulai berkurang biasanya para ibu akan lebih memilih kembali karir atau memulai suatu kegiatan baru. Hal ini menyebabkan waktu yang harusnya lebih diberikan untuk membimbing dan mengasuh anak malah digunakan untuk kegiatan pengembangan karir khususnya bagi para ibu.

2. Sosialisasi di sekolah
Akhir masa anak-anak sering disebut sebagai ”usia berkelompok”, (gang) karena pada masa ini ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok di sekolahnya. Ia merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. Anak tidak lagi puas bermain sendiri di rumah atau dengan saudara kandung atau melakukan kegiatan dengan angota keluarga. Anak ingin bermain bersama teman-teman sekolahnya dan akan merasa kesepian serta tidak puas bila tidak bersama teman-temannya tersebut.
Sosialisasi anak di sekolah pada umumnya terjadi atas dasar interest dan aktvitas bersama. Hubungan persahabatan dan hubungan peer group di sekolah bersifat timbal balik dan biasanya diantara sesama anggota kelompok ada saling pengertian, saling membantu, saling percaya dan saling menghargai serta menerima satu sama lain.

3. Sosialisasi dengan teman sebaya
Selama masa pertengahan dan akhir, biasanya anak lebih banyak meluangkan waktunya dalam berinterkasi dengan teman sebaya. Dalam suatu investivigasi, diketahui bahwa waktu yang digunakan untuk anak-anak berinteraksi dengan teman sebayanya sebanyak 40 persen pertahun (Baker & Wright, 1951). Episode bersama teman sebaya berjumlah 299 hari sekolah.
Apa yang dilakukan bersama teman-temannya? dalam suatu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tentang bagaimana aktivitas anak, diketahui bahwa umumnya anak-anak masa akhir melakukan kegiatan olahraga, jalan-jalan, permainan dan sosialisasi yang merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan. Pada saat mereka melakukan kegiatan biasanya anggota kelompok terdiri dari teman yang sama jenis kelaminya daripada diantara anak-anak yang berbeda jenis kelaminnya.
Pada masa akhir anak-anak mereka telah menjalin persahabatan dengan teman sebaya dan mulai memasuki usia gang, yaitu usaha yang pada saat itu kesadaran sosial berkembang pesat dan telah menjadi pribadi sosial yang merupakan salah salah satu tugas perkembangan yang utama dalam periode ini.
Gang pada masa kanak-kanak merupakan suatu kelompok yang spontan dan tidak mempunyai tujuan yang diterima secara sosial. Gang merupakan usaha anak untuk menciptakan suatu masyarakat yang sesuai bagi pemenuhan kebutuhan mereka. Gang memberikan pembebasan dari pengawasan orang dewasa. Dalam hal ini ada beberapa ciri gang pada masa akhir anak-anak, yaitu:
 Gang merupakan kelompok bermain
 Anggota gang terdiri dari jenis kelamin yang sama
 Pada mulanya terdiri dari tiga atau empat anggota, tetapi jumlah ini meningkat dengan bertambah besarnya anak dan bertambahnya minat pada olahraga.
 Gang anak laki-laki lebih sering terlibat dalam perilaku sosial buruk daripada anak perempuan.
 Kegiatan gang yang populer meliputi permainan dan olahraga, pergi ke bioskop dan berkumpul untuk bicara atau makan bersama.
 Gang mempunyai pusat tempat pertemuan, biasanya yang jauh dari pengawasan orang-orang dewasa.
 Sebagian besar kelompok mempunyai tanda keanggotaan; misalnya anggota kelompok memakai pakaian yang sama.
 Pemimpin gang mewakili ideal kelompok dan hampir dalam segala hal lebih unggul daripada anggota-anggota yang lain.

4. Efek dari keanggotaan kelompok
Keanggotaan kelompok dapat menimbulkan akibat yang kurang baik pada anak-anak, diantaranya adalah:
 Menjadi anggota geng seringkali menimbulkan pertentangan dengan orang tua dan penolakan terhadap standar orang tua, sehingga akan memperlemah ikatan emosional antara kedua pihak.
 Permusuhan antara anak laki-laki dan anak perempuan semakin meluas. Hal ini disebabkan karena anak perempuan mencapai masa puber lebih cepat dibandingkan anak laki-laki. Sehingga anak perempuan akan tampil lebih dewasa dibanding anak laki-laki.
 Kecenderungan anak yang lebih tua untuk mengembangkan prasangka terhadap anak yang berbeda sehingga sering terjadi prasangka dan diskriminasi berdasarkan pada perbedaan rasial, agama dan sosial ekonomi.
 Seringkali bersikap kejam terhadap anak-anak yang tidak dianggap sebagai anggota geng. Banyaknya rahasia yang ada diantara anggota geng dimaksudkan untuk menjauhkan anak yang tidak disenangi.
e. Remaja awal
Masa remaja awal atau masa puber adalah periode yang unik dan khusus yang ditandai dengan perubahan-perubahan perkembangan yang tidak terjadi dalam tahap-tahap lain dalam rentang kehidupan. Umumnya usia remaja awal ini berkisar antara 12 sampai dengan 14 tahun. Ciri-ciri yang penting pada masa puber adalah sbb:
 Masa remaja awal merupakan masa tumpang tindih.
karena mencakup tahun akhir masa kanak-kanak dan tahun-tahun awal masa remaja. Sehingga perilaku yang ditampilkan agak sukar untuk dibedakan.
 Masa remaja awal merupakan periode yang singkat
Dibandingkan dengan banyaknya perubahan yang terjadi di dalam perkembangngan manusia maka masa puber merupakan periode yang paling singkat, yaitu sekitar dua sampai empat tahun.
 Masa puber merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat.
Perubahan-perubahan yang sangat pesat ini akan menimbulkan dampak pada anak. Misalnya timbul keraguan, perasaan tidak mampu dan tidak aman dan dalam beberapa hal memungkinkan timbulnya perilaku negatif.
 Masa remaja awal merupakan masa negatif
Pada masa ini anak cenderung mengambil sikap anti terhadap kehidupan atau kehilangan sifat-sifat baiknya yang sebelumnya sudah berkembang. Kondisi ini merupakan sesuatu yang wajar. Beberapa ahli psikologi perkembangan menyebut ini sebagai masa negatifistik kedua.
 Pada masa ini terjadi kematangan alat-alat seksual.
Dengan tumbuh dan kembangnya fungsi-fungsi organ maka ciri-ciri seks sekunder mulai berkembang, seperti mulai tumbuhnya rambut pubis, perubahan suara. Pada anak perempuan mulai memasuki masa menstruasi dan mulai tumbuhnya buah dada.

f. Perkembangan sosial pada remaja
Perkembangan sosial pada masa puber dapat dilihat dari dua ciri khas yaitu mulai terbentuknya kelompok teman sebaya baik dengan jenis kelamin yang sama atau dengan jenis kelamin yang berbeda dan mulai memisahkan diri dari orang tua.

1. Kelompok Teman Sebaya
Percepatan perkembangan pada masa puber berhubungan dengan pemasakan seksual yang akhirnya mengakibatkan suatu perubahan dalam perkembangan sosial. Sebelum memasuki masa remaja biasanya anak sudah mampu menjalin hubungan yang erat dengan teman sebaya. Seiring dengan itu juga timbul kelompok anak-anak untuk bermain bersama atau membuat rencana bersama. Sifat yang khas kelompok anak sebelum pubertas adalah bahwa kelompok tadi terdiri daripada jenis kelamin yang sama. Persamaan sex ini dapat membantu timbulnya identitas jenis kelamin dan yang berhubungan dengan perasaan identifikasi yang mempersiapkan pengalaman identitasnya. Sedangkan pada masa puber anak sudah mulai berani untuk melakukan kegiatan dengan lawan jenisnya dalam berbagai kegiatan.
Selama tahun pertama masa puber, seorang remaja cenderung memiliki keanggotaan yang lebih luas. Dengan kata lain, teman-teman atau tetangga seringkali adalah anggota kelompok remaja. Biasanya kelompoknya lebih heterogen daripada kelompok teman sebaya. Misalnya kelompok teman sebaya pada masa remaja cenderung memiliki suatu campuran individu-individu dari berbagai kelompok. Interaksi yang semakin intens menyebabkan kelompok bertambah kohesif. Dalam kelompok dengan kohesi yang kuat maka akan berkembanglah iklim dan norma-norma kelompok tertentu. Namun hal ini berbahaya bagi pembentukan identitas dirinya. Karena pada masa ini ia lebih mementingkan perannya sebagai anggota kelompok daripada mengembangkan pola pribadi. Tetapi terkadang adanya paksaan dari norma kelompok membuatnya sulit untuk membentuk keyakinan diri.

2. Melepas dari orang tua
Tuntutan untuk memisahkan diri dari orang tua dan menuju ke arah teman-teman sebaya merupakan suatu reaksi terhadap status intern anak muda. Sesudah mulainya pubertas timbul suatu diskrepansi yang besar antara kedewasaan jasmaniah dengan ikatan sosial pada milienu orang tua. Dalam keadaan seperti ini banyak pertentangan-pertentangan antara remaja awal dengan orang tua, diantaranya:
 Perbedaan standar perilaku
Remaja awal sering menganggap bahwa standar perilaku orang tuanya kuno sedangkan dirinya dianggap modern. Mereka mengharapkan agar orang tuanya mau menyesuaikan diri dengan perilakunya yang modern.
 Merasa menjadi korban
Remaja sering merasa benci kalau status sosial ekonominya tidak memungkinkan mempunyai simbol status yang sama dengan teman sebayanya.
Seperti pakaian, sepatu, accecoris,dll. Pada usia ini ia paling tidak suka jika diperintah mengerjakan pekerjaan di rumah.
 Prilaku yang kurang matang
Biasanya orang tua mengembangkan pola menghukum bila para remaja mengabaikan tugas-tugas sekolah, melalaikan tanggung jawab dan jajan semaunya. Pelarangan dan menghukum membuatnya benci kepada orang tua.
 Masalah palang pintu
Kehidupan sosial yang aktif menyebabkan ia sering melaggar peraturan. Seperti waktu pulang dan mengenai dengan siapa dia berhubungan, terutama dengan lawan jenis.


 Metode Disiplin
Jika metode disiplin yang diterapkan orang tua dianggap tidak adil atau kekanak-kanakan maka remaja akan memberontak. Pemberontakan terbesar dalam keluarga terjadi jika salah satu orang tua dominan daripada lainnya. Hal ini menyebabkan pola asuh cenderung otoriter.

Di Indonesia perkembangan remaja masih ada keterbatasannya. Di satu sisi walaupun ingin melepas dari orang tua namun pada kebanyakan remaja awal masih tinggal bersama orang tua. Selain itu juga secara ekonomik masih bergantung kepada orang tua. Mereka juga belum bisa kawin, secara budaya hubungan seksual tidak diperkenankan sesuai dengan norma agama dan sosial, meskipun mereka sudah bisa mengadakan kencan-kencan dengan teman lain jenis. Mereka berusaha mencapai kebebasan dalam berpacaran. Mereka mempunyai kecenderungan yang sama untuk menghayati kebebasan tadi sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya. Hal ini berarti sebagai tanda kedewasaan, mereka mulai mengorbankan sebagian besar hubungan emosi mereka dengan orang tua mereka dalam usaha menjadi anggota kelompok teman sebaya.
Menurut Maccoby (1984) sistem hubungan orang tua dan anak dalam keluarga berubah dari hubungan regulasi menjadi hubungan yang coregulasi., dimana dalam hal ini orang tua telah makin memberikan kebebasan untuk menentukan sendiri pada anak. Hal ini bukan berarti menghalangi hubungan yang koperatif antara orang tua dan anak-anaknya. Biasanya komunikasi yang terjalin dengan ibu jauh lebih dekat daripada dengan ayah. Komunikasi dengan ibu meliputi permasalahan sehari-hari, sedangkan permasalahan dengan ayah perasaan remaja dalam hidup di masyarakat.
Pada anak wanita pelepasan ini agak lebih sukar hal ini disebabkan adanya interaksi antara sifat kewanitaanya dengan nilai-nilai masyarakat di sekelilingnya. Di Indonesia khususnya dalam masyarakat Jawa anak wanita diharapkan untuk mencintai orang tua dan keluarga dalam arti yang lebih,misalnya merawat, memelihara dan bertanggung jawab terhadap rumah dan keluarga. Namun demikian bukan berarti bahwa anak wanita tidak mempunyai kesempatan yang sama dalam masyarakat.
Dalam masa remaja awal ini , keinginan untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya sendiri. Menurut Erikson ditinjau dari perkembangnan sosial menamakan proses ini sebagai mencari identitas diri, yaitu menuju pembentukan identitas diri ke arah individualitas yang mantap dimana hal ini merupakan aspek penting dalam perkembangan diri menuju kemandirian.
Usaha remaja awal dalam mencapai origininalitas juga sekaligus menunjukkan pertentangan terhadap orang dewasa dan solidaritas terhadap teman sebaya. Prinsip emansipasi memungkinkan bahwa kedua gerak antara menuju kemandirian dengan ketergantungan dengan orang tua menimbulkan jarak antar generasi (generation gap).
Jarak antar generasi yang dimaksudkan disini bukan berarti bahwa tidak ada hubungan baik. Memang pada kenyataannya pada usia anak seperti ini orang tua sering tidak mengerti melakukan hal-hal yang tidak seperti mereka harapkan. Biasanya pada saat ini mulai muncul bibit-bibit pertentangan antara anak dan orang tua. Berdasarkan hasil penelitian perbedaan pendapat antara anak dan orang tua antara lain penampilan, pemilihan teman, jam pulang sekolah yang tidak tepat, kurang hormat terhadap orang yang lebih tua, dll. Memang pada saat ini remaja lebih progresif dibandingkan orang tuanya.







BAB III
KESIMPULAN

Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial dengan berprilaku yang dapat diterima secara sosial, memenuhi tuntutan yang diberikan oleh kelompok sosial, dan memiliki sikap yang positif terhadap kelompok sosialnya.
Perkembangan sosial akhir masa kanak-kanak ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu SD. Pada masa ini biasanya orang tua akan memberikan hanya sedikit waktunya untuk berinteraksi dengan anak, sosialisasi di sekolah pada umumnya terjadi atas dasar interest dan aktvitas bersama, lebih banyak meluangkan waktu untuk teman sebaya dan mulai membentuk hub. peer group (geng) lebih cenderung dengan teman perempuan.
Perkembangan sosial pada masa remaja (pubertas) merupakan masa yang unik, masa pencarian identitas diri dan ditandai dengan perkembangan fisik dan psikis anak. Pada masa ini sosialisasi anak lebih luas dan berkembang, mereka mulai menjalin hubungan dengan teman-teman laki-lakinya dan mengadakan kencan-kencan (dating). Anak lebih mementingkan teman dari pada keluarga dan mulai timbul banyak pertentangan dengan orang tua. Mereka umumnya belum bekerja dan masih belum mampu menafkahi dirinya sendiri.
Karena itu sebaiknya orang tua benar-benar memperhatikan perkembangan anak sampai ia mampu untuk membedakan dan memilih mana yang baik dan buruk untuk dirinya (dewasa). Tetapi tidak dengan bersikap otoriter terhadap anak, supaya anak merasa lebih nyaman dan tidak takut untuk menceritakan konflik-konflik yang terjadi selama masa perkembangannya.




DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth, B. 1999. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga.
Hurlock, Elizabeth, B. 2006. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Lask, Bryn. 1985. Memahami dan Mengatasi Masalah Anak. Jakarta : Gramedia.
Monks, F.J Konoeks, AMP., Haditono, SR. 2000 Psikologi Perkembangan Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Monks.F.J, Dkk. 2004. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Santrock. 2003. Life Span Development. Boston: McGraww Hill College.
(on-line) tersedia dalam : http://yudhim.blogspot.com/2008/01/untaian-pertumbuhan-dan-perkembangan.html ( 23 Nopember 2009 )
(on-line) tersedia dalam : http://novinasuprobo.wordpress.com/2008/06/18/perkembangan-sosial-pada-masa-anak-anak-akhir-dan-remaja/ ( 23 Nopeber 2009 )
( on-line) tersedia dalam : http://mymufid.blogspot.com/2009/01/perkembangan-dan-problem-remaja-awal.html ( 23 Oktober 2009 )